Minggu, 01 Agustus 2010

Mu’adz bin Jabal yang Mempesona

SAAT Rasulullah memba’iat orang-orang Anshar pada perjanjian Aqabah kedua, di antara 70 utusan itu terdapat anak muda. Ia memiliki wajah berseri, pandangannya menarik, giginya putih berkilau. Ia dapat memikat perhatian orang dengan sikap ketena­ngannya. Bila ia bicara orang yang melihat akan terpesona. Itulah Mu’adz bin Jabal.

Ia memiliki kelebihan yang menonjol dan keistimewaan itu dalam bidang fiqih dan hukum. Sehingga dengan keah­liannya itu dapat pujian dari Rasulullah. Kecerdasan dan keberaniannya dalam mengemukakan pendapat sama de­ngan keberanian dan kecerdasannya.

Mu’adz mencapai kegemilangan dalam ilmu fiqih dan ia pun orang yang selalu dapat mengatasi masalah yang terjadi di kalangan teman dan saudaranya, hingga dengan begitu ia dinyatakan Rasulullah sebagai orang yang paling tahu tentang haram dan halal.

Dengan kecerdasannya itu, Mu’adz memiliki kedudu­dkan yang teramat tinggi di kalangan para sahabat dan ia dihormati oleh kaum muslimin. Sampai-sampai Amirul Mukminin Umar ra pernah datang kepadanya, meminta pendapat dan buah fikiran Mu’adz. Ia orang yang murah tangan, lapang hati dan tinggi budi.

Ketika Rasulullah wafat, Mu’adz berada di Yaman, karena saat itu ia dikirim Rasulullah untuk membimbing kaum muslimin dan mengajari tentang seluk beluk agama. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Yaman. Dan saat itu Umar tahu tentang keberadaan Mu’adz yang telah menjadi orang kaya. Lalu me­ngusulkan agar kekayaan yang dimiliki Mu’adz dibagi dua kepada Khalifah Abu Bakar.

Padahal, kekayaan Mu’adz tidaklah diperoleh dengan jalan yang tidak halal (subhat), sebab itulah ketika Umar mengusulkan hal itu ditolak Mu’adz. Namun, setelah penolakan itu, pada suatu malam Mu’adz bermimpi buruk tentang dirinya, lalu ia datang kepada Umar dan menghadapi Abu Bakar, menyerahkan seperdua dari harta kekayaannya kepada Abu Bakar. Namun itu tak sampai di situ karena Abu Bakar tak juga mau me­nerimanya.

Tak lama kemudian, Mu’adz pindah ke Syria, ia tinggal bersama penduduk dan menjabat sebagai guru dan ahli hukum. Ketika Abu Ubaidah gubernur militer di sana meninggal du­nia, oleh Amirul Mukminin Umar ia diangkat menggantikan Abu Ubaidah sebagai gubernur. Namun, jabatan itu tak dipegang lama, hanya beberapa bulan saja karena di usia 33 tahun, ia harus menghadap Allah SWT. Ia meninggal du­nia setelah ia berikan segala­nya dan dalam ketundukannya menyerahkan diri kepada Allah.

Mu’adz adalah pahlawan Islam yang berjuang memberikan pengetahuan di atas bumi ini. Baginya tiadalah yang tampak kecuali Allah SWT. Ia selalu mengajari manusia untuk mencapai ilmu dan berdzikir kepada Allah. Dan ia adalah orang yang selelu menyeru manusia untuk mencari ilmu yang benar lagi bermanfaat.

Dialah yang mengatakan ibadat itu hendaknya dilakukan dengan cermat dan jangan berlebihan. Dan dia pula yang me­nyerukan pelajarilah segala ilmu yang kalian suka, tetapi Allah tidak akan memberi manfaat dengan ilmu itu, sebelum kalian mengamalkannya. (Alfiyan/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar